Ada sejumlah firman Allah SWT maupun hadits Nabi SAW yang menjelaskan tentang keutamaan orang kaya yang bersyukur. Bentuk syukur ini dapat dilakukan dengan menyedekahkan hartanya di jalan Allah SWT.
Keutamaan tersebut dijelaskan Imam an-Nawawi dalam Kitab Riyadhus Shalihin. Ia menukil sebuah ayat yang berbunyi,
فَاَمَّا مَنْ اَعْطٰى وَاتَّقٰىۙ ٥ وَصَدَّقَ بِالْحُسْنٰىۙ ٦ فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلْيُسْرٰىۗ ٧
Artinya: “Siapa yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa serta membenarkan adanya (balasan) yang terbaik (surga), Kami akan melapangkan baginya jalan kemudahan (kebahagiaan).” (QS Al Lail: 5-7)
وَسَيُجَنَّبُهَا الْاَتْقَىۙ ١٧ الَّذِيْ يُؤْتِيْ مَالَهٗ يَتَزَكّٰىۚ ١٨ وَمَا لِاَحَدٍ عِنْدَهٗ مِنْ نِّعْمَةٍ تُجْزٰىٓۙ ١٩ اِلَّا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْاَعْلٰىۚ ٢٠ وَلَسَوْفَ يَرْضٰى ࣖ ٢١
Artinya: “Akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang paling bertakwa, yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (diri dari sifat kikir dan tamak). Tidak ada suatu nikmat pun yang diberikan seseorang kepadanya yang harus dibalas, kecuali (dia memberikannya semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Mahatinggi. Sungguh, kelak dia akan mendapatkan kepuasan (menerima balasan amalnya).” (QS Al Lail: 17-21)
Menurut Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang keutamaan orang-orang yang mengeluarkan apa yang diperintahkan untuk dikeluarkan (seperti harta) dan orang tersebut bertakwa kepada Allah SWT dalam segala urusan.
Kemudian, ulama tafsir kenamaan mazhab Syafi’i tersebut menjelaskan, orang yang takwa dan orang yang paling bertakwa kelak akan dijauhkan dari neraka.
Adapun, maksud orang bertakwa menurut Ibnu Katsir adalah orang yang membelanjakan hartanya untuk jalan ketaatan kepada Tuhannya, untuk menyucikan dirinya, hartanya, dan segala yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepadanya berupa agama dan dunia.
Keutamaan orang kaya yang bersyukur dengan menyedekahkan hartanya juga disebutkan dalam surah Al Baqarah ayat 271. Menurut ayat tersebut, sedekah dengan cara sembunyi-sembunyi kepada orang fakir lebih utama. Allah SWT berfirman,
اِنْ تُبْدُوا الصَّدَقٰتِ فَنِعِمَّا هِيَۚ وَاِنْ تُخْفُوْهَا وَتُؤْتُوْهَا الْفُقَرَاۤءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۗ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِّنْ سَيِّاٰتِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ٢٧١
Artinya: “Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi,) jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Selain dalam Al-Qur’an, keutamaan tersebut turut disampaikan Rasulullah SAW. Salah satunya melalui hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud. Nabi SAW bersabda,
“Tidak boleh dengki kecuali terhadap dua hal, yaitu orang yang dikaruniai harta oleh Allah kemudian dia membelanjakannya dalam kebenaran, dan orang yang dikaruniai ilmu oleh Allah kemudian dia mengamalkan dan mengerjakannya.” (HR Muttafaq Alaih)
Dalam sabdanya yang lain disebutkan, sikap dengki hanya diperbolehkan untuk dua hal. Yakni pada orang yang diberi pemahaman tentang Al-Qur’an oleh Allah SWT kemudian ia gunakan sebagai pedoman hidupnya pada waktu siang dan malam dan kepada orang yang dikaruniai harta oleh Allah kemudian dia menafkahkannya pada waktu malam dan siang. Ini merupakan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Allah SWT tidak hanya memberikan keutamaan untuk orang kaya saja yang pandai bersyukur dengan bersedekah, tetapi juga untuk orang miskin. Sebab, ada sebuah hadits dari Abu Hurairah yang menceritakan kala sahabat Muhajirin miskin menemui Rasulullah SAW dan menanyakan hal itu.
Mereka berkata, “Orang-orang kaya mendapatkan derajat luhur dan kenikmatan yang abadi.”
Beliau SAW bertanya, “Mengapa demikian?”
Mereka menjawab, “Mereka melaksanakan sholat seperti kami sholat, berpuasa seperti kami berpuasa, bersedekah, namun kami tidak dapat bersedekah, dan memerdekakan budak sementara kami tidak bisa memerdekakannya.”
Beliau bersabda, “Maukah kalian aku beritahu sesuatu yang dapat mengejar mereka dan kalian akan berada di barisan terdepan bagi orang-orang sesudah kalian, tidak ada seorang pun yang lebih utama dari kalian, selain orang yang melakukan sesuatu yang kalian lakukan?”
Mereka menjawab, “Tentu, Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Kalian membaca tasbih, takbir, dan tahmid masing-masing tiga puluh tiga kali setiap selesai sholat.”
Mereka lalu menemui beliau dan berkata, “Saudara-saudara kami yang kaya itu mendengar apa yang kami lakukan, kemudian mereka melakukan seperti apa yang kami lakukan.”
Beliau bersabda, “Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.” (HR Muslim)
Sumber ; https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6400162/keutamaan-orang-kaya-yang-bersyukur-apalagi-rajin-sedekah.